Inspirasi Joglo Pizza Hut

Semarang,16 Des 2011.

Malam itu suasana jalanan begitu ramai di ujung tol Banyumanik , seperti biasanya, merayap pada satu titik, persis seperti air cola keluar dari mulut botolnya. Tiba-tiba saja pandanganku melayang ke logo seperti topi merah-miring di ujung pertigaan Sukun. Apalagi kalau bukan Pizza-Hut, salah satu waralaba yang memiliki lokasi-lokasi paling strategis di kebanyakan kota di seluruh dunia. Keberadaannya hanya bisa disaingi oleh pos polisi, tepat di seberang jalan, pikirku.

Pizza-Hut, topi merah-miring, apa hubungannya? Jelas kalau diterjemahkan, Pizza Hut itu Pondok Pizza. Jadi, logo itu bukan topi, tapi gambaran ringkas atap. Tapi aneh melihat logo Pizza Hut itu, malah lebih mirip atap joglo-Jawa, padahal waralaba tersebut didirikan pertama kali di Kansas-Amerika oleh Dan dan Frank Carney. Orang Amerika! Tipologi atap itu juga aneh di Italia, negeri asal pizza. Bahkan pernah pada akhir 1960an dan awal 1970an, beberapa gerai Pizza Hut di Amerika mengadopsi atap merah mencolok mirip joglo, tapi banyak gerai atap merah itu tutup, pindah, atau dirancang ulang di kemudian hari.


Pizza-Hut di Amerika pada akhir tahun 60an

Benar saja, dalam tulisan Andrew Wasson di Dairy River.com, judul "Who Designed the Roof?"[1] menggelitik saya. Tidak pasti, bagaimana bentuk atap itu tercipta? Darimana idenya? Bahkan Phillip Langdon, penulis buku Orange Roofs, Golden Arches : The Architecture of American Chain Restaurants memberi perhatian perbandingan desain atap Pizza-Hut dengan karya Ernest J.Kump  bersama Hideo Sasaki ketika memenangkan desain Foothill College. Hampir mirip, tapi bukan Joglo Jawa, itu  arsitektur Neo-Japanese [2]? Saya menduga, bentuk atap Pizza-Hut lebih mirip atap Joglo Jawa daripada Neo-Japanese.

Foothill College


Coba bayangkan, dari pondok Joglo-merah-miring di lokasi-lokasi paling strategis di kota-kota seluruh dunia, mereka mengontrol cita rasa setiap orang, kita diam menikmatinya. Bahkan dalam desain gerai di negeri sendiri pun kita tidak bisa bernapas sejenak, mempertanyakan ,mempertahankan cita rasa kita. Saya membayangkan , bolehlah gerai itu gerai Pizza Italia-Amerika tapi dengan desain budaya kita. Kita sudah terlalu sering kecolongan.


[1]Andrew Wasson. http://www.dairyriver.com/wordpress/?page_id=172
[2]Downey, Kirstin. "A Discerning Look At The Valley: Architects Assess Our Area's Aesthetics." San Jose Mercury News, 29 May 1986, sec. E, p. 1.

Komentar

Postingan Populer