Surat dari Depok
Prolog: Awal
ketertarikan dengan arsitektur
Awalnya saya suka arsitektur (design rumah) kira-kira tahun 1980-an, karena sering
numpang baca majalah Asri punya teman kuliah, maklum "kantong
mahasiswa" belum mampu beli majalah Asri, hehehe.. Domisili saya di
Palembang mungkin semakin membuat saya penasaran dan kagum dgn design
rumah yg artistik, mengingat saat itu nyaris tidak ada rumah di Palembang yg
bisa dikategorikan artistik, kalaupun ada mungkin hanya rumah-rumah peninggalan
Belanda. Beberapa kali sempat jalan-jalan ke Bandung, saat itu cukup menambah
wawasan saya tentang rumah yang artistik, berbeda jika hanya melihat di majalah,
kalau melihat langsung lebih bisa menikmati.
Kebutuhan akan rumah yang mendesak
Tampak Depan Rumah Eksisting - 29 Mei 2009 |
Setelah bekerja dan
menikah, kebutuhan akan rumah sudah sangat mendesak. Beruntung istri saya dapat
jatah perumahan dari kantornya. Saya bersyukur sebab harganya saat itu (tahun
1997) sangat murah dan bisa dicicil, dan juga lokasinya yang tidak terlalu jauh
dari Jakarta. Rumahnya type 36 dengan 1 kamar tidur + kamar mandi/WC, ruang
tamu dan ruang makan/dapur. Konstruksi seadanya khas rumah BTN, kalau mau
ditempati harus banyak dirubah sana sini. Dengan kondisi tsb tentunya harus
menambah kamar, mengingat saat itu anak pertama saya sudah berusia 1 tahun.
Dilakukanlah proses renovasi menambah kamar tidur dan kamar mandi di sisi kiri
lahan yang punya ruang kosong sekitar 5,5 meter. Sedikit-sedikit mulai paham
harga material dan upah tukang yang menurut ukuran saya sangat mahal.
Alhamdulillah proses tambah satu kamar + kamar pembantu tsb dapat berjalan
lancar dan selesai pada Mei 1997.
Dengan lahirnya anak
saya yang kedua tahun 2000, mulai terasa kebutuhan kamar kurang. Sudah tidak
memadai kedua adak saya harus sharing dikamar dg ukuran 3x3. Disamping itu
karena lay-out pembagian ruang yg kurang bagus, jadi rumah terkesan sumpek,
sirkulasi udara tidak bagus, cahaya alami kurang terutama diruang makan dan
ruang duduk. Mau renovasi, dana belum memadai, jadi keinginan untuk itu harus
ditunda dulu.
Tahun 2009 iseng jalan-jalan ke
toko buku, beli buku "Mimpi Rumah Murah"-nya mas Yu Sing, terkesan
sekali dengan terobosan-terobosan utk bisa bikin rumah dengan biaya murah, tapi tetap
saja dana belum memadai. Tidak begitu lama setelah membaca buku tsb, mas Yu
Sing diliput oleh majalah Tempo. Saat itu saya beranikan diri untuk
berkomunikasi via email dengan mas Yu Sing. Ternyata mas Yu Sing menanggapi
email saya. Ada rasa senang bercampur "was-was" juga. Senang karena ada
arsitek yang mau menanggapi, masih nggak percaya ada arsitek yg mau mendesign
rumah dengan lahan hanya 160m2. Was-was karena takut "fee" yg gede, dan
kalau design sudah jadi, gimana dengan dana untuk merenovasinya? Untunglah
mas Yu Sing sepakat dengan fee yang “disesuaikan” untuk kategori rumah murah.
Setelah design jadi (masih ingat proposalnya tanggal 31 Agustus 2009),
ketakutan atau rasa was-was itu sirna, bukan karena dananya sudah ada, tapi senang
bisa terwujud impian rumah di-design arsitek ... Walaupun belum tau kapan
renovasi bisa dilaksanakan... Minimal sudah bisa “ngebayangin” gimana jadinya
kalau sudah direnovasi ....
Desain Pertama - 2009 |
Mas Yu Sing sempat kasih referensi pemborong/pelaksana untuk membuat
estimasi RAB, yang pertama mas Stefanus Widyamurdani (kebetulan teman akrab
adik istri saya) dan yang kedua mas Maulana (Rikmadenda). Oleh karena memang
designnya banyak menggunakan beton dan full roof garden, tanpa atap genteng,
yang tentunya berimbas ke konstruksi tiang/balok yang besar-besar, anggaran
biaya (RAB) nya terlalu besar dan saya tidak sanggup menyediakan dananya. Itu
kira-kira di akhir tahun 2010. Perasaan saya tentang renovasi rumah ini campur
aduk dan "up and down". Suatu saat saya excited karena sdh dapat
design, dilain waktu saya galau karena dana tidak cukup.
Sampailah dipenghujung
tahun 2012, proses renovasi sudah tidak bisa lagi dihindari, sebab kayu2 banyak
dimakan rayap terutama di bagian atap. Bocor dimana-mana. Sudah nggak bisa
dibetulin sedikit-sedikit, harus bongkar total. Mengingat dana yang terbatas,
pilihan yang ada hanyalah corat-coret sendiri mencoba bikin gambar denah rumah
.... Kadang2 geli sendiri liat denah bikinan saya, orang dg latar belakang
ekonomi koq disuruh bikin design rumah ... Pasti amburadul ....
Oleh karena design pertama
dari mas Yu Sing sudah jadi, maka saya harus kasih tau ke mas Yu Sing bhw
design tsb tidak jadi saya pakai, karena dana saya tidak mencukupi. Sekedar
woro2. Ternyata mas Yu Sing menawarkan untuk men design ulang menyesuaikan
dengan dana yg saya miliki. Saya sebutlah angka rupiah dan yang saya sanggupi,
walaupun uangnya belum ada ditangan, at least 40%nya sudah ada. Sisanya? gimana
nanti deh .... The show must go on ...
Tahapan konstruksi yang bikin penasaran
Setelah beberapa kali revisi,
akhirnya design rumah selesai. Kalau saya menyebutnya design kedua. Mas Kristo
kayaknya lebih banyak berperan dengan supervisi mas Yu Sing. Setelah mengamati lay
out denah rumah design kedua ini, saya tertegun dan bersyukur ternyata kamar
tidur saya di lantai bawah - masih menggunakan letak kamar tidur rumah lama.
Kenapa bersyukur? Karena pada design pertama kamar tidur saya dilantai atas.
Dengan bertambahnya usia, tentunya akan menjadi handicap kalau kamar tidur saya
di lantai atas. Akan cepat lelah naik turun tangga. Kamar tidur anak-anak pun
lebih besar dari pada design pertama. Walaupun jujur saya akui bahwa design
pertama fasadenya sangat ekstrim, unik dan roof gardennya saya suka. Akan
tetapi ada pertimbangan lain, disamping pertimbangan dana, yaitu pertimbang
letak kamar tidur saya dilantai atas tersebut. Desain Kedua - 2013 |
Atap rumah miring memakai material fiber cement seperti dua tangan yang
terbuka. Teralis di lantai dasar diapit ruang tamu dan kamar tidur utama untuk
mengalirkan udara (sirkulasi) dari depan ke roof garden di lantai atas, seolah
“mem-belah rumah” menjadi dua bagian, terkesan ada dua rumah. Dinding juga
menggunakan fiber cement, adalah design yang “tidak lazim” membuat mata orang
yang menatap akan bertanya-tanya dan mengernyitkan dahi.
Untuk pemborong/pelaksana pekerjaan renovasi, mas Yu Sing mereferensikan
pak Endarto. Sempat beberapa kali komunikasi via email dengan mas Yu Sing, mas
Kristo dan pak Endarto. Ternyata rumahnya pak Endarto jaraknya tidak sampai 2
km dari rumah saya, dan secara kebetulan pula anak pak Endarto pernah satu
kelas dengan anak bungsu saya di SD Sudirman. Saya dan pak Endarto sepakat
untuk melakukan pembicaraan awal RAB. Setelah melakukan diskusi panjang tentang
detail konsturksi dan RAB, saya setuju dengan RAB tsb, SPK pun ditandatangani
owner dan pelaksana. Pekerjaan renovasi dimulai pada awal Juni 2013.
Rumah Lama Mulai Dibongkar - 1 Juni 2013 |
Metaldeck Mulai Dipasang - 21 Juli 2013 (foto:Pak Endarto) |
Persiapan Pengecoran Metaldeck - 23 Juli 2013 (foto: Pak Endarto) |
Pengecoran Metaldeck - 23 Juli 2013 (foto: Pak Endarto) |
Dari tahap dinding rumah dirobohkan sampai pemasangan metal-deck dan
tiang kanal C, adalah tahapan yang paling mengasyikan untuk diliat progressnya.
Menjadi jadwal rutin setiap week-end untuk melihat progressnya. Tidak lupa
difoto tahap demi tahap. Kekhawatiran saya bahwa akan ada pertanyaan dan bahkan
"penolakan" dari istri dan anak-anak saya, mulai tampak seiring dengan
dimulainya konstruksi. Kenapa pakai besi? Kenapa pakai metal-deck? Kenapa
dinding simpainya tipis? Apakah kuat? Kenapa pakai fiber cement? Kenapa
designnya banyak area terbuka? Apakah aman? Itu sebagian pertanyaan yang muncul
dari istri dan anak-anak saya. Alhamdulillah setelah saya jelasin, istri dan anak-anak
saya mengerti. (Fiber cement sebagai pengganti asbes khusus saya diskusikan ke
mas Yu Sing dan pak Endarto, karena asbes tidak baik untuk kesehatan. Pelaksana
mencari supplier yg bisa menyediakan fiber cement, akhirnya ketemu supplier
dari Semarang).
Saya merasa bersyukur karena mas Yu Sing dan mas Kristo mau men-design rumah saya dan juga pelaksana pak Endarto dengan latar belakang arsitek banyak membantu masukan tentang konstruksi maupun detail design. Saya sering mendapatkan second opinion dari pak Endarto yang berguna pada saat saya harus memutuskan sesuatu. Diskusi intens bukan hanya saat ketemu di lapangan akan tetapi juga melalui media komunikasi lainnya, bahkan pak Endarto pun sering meng up-load progress kerja di FBnya dan banyak mendapatkan banyak masukan dari rekan-rekan arsitek atau seprofesi dengannya.
Sebelum atap terpasang adalah tahap yang paling bikin penasaran, sebetulnya akan seperti apa sih "wajah" rumah ini? Apalagi tangga belum terpasang, agak susah untuk naik ke atas hanya dengan menggunakan scafolding. Setelah atap terpasang dan rangka tangga terpasang (anak tangga belum terpasang), mulai bisa "menikmati" secara keseluruhan. Naik kelantai atas, roof garden adalah yang paling penasaran untuk tau gimana hasil finalnya nanti. Apalagi roof garden ini terhubung juga dengan kolam dan terbuka sampai depan rumah. Cahaya dan udara akan sangat banyak nantinya ...
Roof Garden Dalam Tahap Konstruksi - 5 Oktober 2013 |
Khusus untuk anak tangga, sejak awal memang sudah disepakati untuk
menggunakan kayu-kayu bekas rumah lama, seperti kayu bekas rangka atap, kayu bekas
rangka car-port dll. Design awal tangga tidak seperti yang ada saat ini.
Awalnya menggunakan design “tangga-kipas”. Menurut pak Endarto design
tangga-kipas membuat capek. Maka pak Endarto usul untuk diubah, saya dan
arsitek setuju. Ternyata design tangga ini – menurut saya - menjadi salah satu bidang
menarik dirumah ini.
Tangga Selesai Dipasang - 23 November 2013 |
Ide pemakaian material rumah lama sangat saya dukung. Semua kusen
pintu/jendela, daun pintu/jendela rumah lama dipakai lagi dirumah ini. Bahkan
teralis jendela rumah lama pun dipakai lagi untuk menutup roof garden.
Setelah atap terpasang, dinding simpai dan fiber cement lantai atas
selesai, maka secara keseluruhan dinding rumah sudah selesai. Proses
selanjutnya pemasangan kusen pintu/jendela dan daun pintu/jendela. Menarik
melihat hasil pemakaian ulang material kayu untuk kusen tsb, sambungan-sambungan dengan
jenis kayu yang berbeda - menurut saya - justru nilai estetikanya bertambah. Bahkan
ada beberapa bagian kusen yang berlubang sengaja tidak ditutupi untuk mempertegas
bahwa bahan kusen tsb adalah kayu bekas.
Kusen dan Daun Pintu Bekas Kayu-kayu Rumah Eksisting |
Kusen-kusen Dengan Bekas Lubang Tetap dipertahankan - 28 September 2013 |
Harus diputuskan warna apa yang akan digunakan untuk kusen dan daun
pintu/jendelanya. Oleh karena dinding tidak di cat, maka saya usul untuk tidak
memakai politur atau warna tapi cukup di coating clear saja. Ternyata kejutan
kembali berlanjut, karena perbedaan jenis kayu, dengan treatment coating justru
menonjolkan warna asli kayu yang tentunya berbeda-beda. Ada yang terang ada yang gelap dalam satu
kusen ....
Setelah kusen dan daun pintu/jendela terpasang, anak-anak saya mulai
menentukan mereka mau menempati kamar tidur mana nantinya. Semula si bungsu
ingin kamar tidur yang diatas kamar tidur utama, tetapi berubah pikiran karena
serasa "diluar" rumah, karena untuk akses kelantai bawah harus
melewati koridor roof garden yang terbuka. Akhirnya si bungsu pilih kamar tidur
yang diatas ruang tamu/ruang makan. Si sulung di kamar tidur diatas kamar tidur
utama.
Tahap akhir konstruksi, tahap yang paling dinanti
Tepat tanggal 25 Desember 2013 (genap 7 bulan sejak renovasi dimulai pada bulan Juni 2013), rumah selesai, serah terima kunci dari kontraktor ke pemilik. Saya buat check list apa saja yang perlu di periksa dan juga check list dari mas Yu Sing/mas Kristo untuk item-item yang harus dibetulkan/diperbaiki oleh pelaksana. Pada hari yang sama tukang yang membuat mebel langganan saya mulai bekerja. Tukang asal Cililin, sudah lama saya gunakan jasanya. Kerjanya rapi, bagus dan cepat. Design mebelnya dari saya, kadang direvisi oleh tukang karena dimensi yang berdampak pemborosan pemakaian material kayunya.
Dimulai dengan memasang panel gypsum untuk kamar tidur anak, dilanjutkan
dengan lemari pakaian anak, meja belajar anak dan kitchen set. Khusus untuk
kitchen set, sebetulnya sudah ada dari rumah lama dengan ukuran yang saat itu
saya sesuaikan dengan design rumah pertama, akan tetapi karena design pertama
batal, maka banyak penyesuaian dilakukan dengan memotong atau menambah kitchen
set yg sudah ada. Saya sengaja membuat prioritas penggunaan dana untuk
melengkapi mebel ruang tidur anak-anak dulu, yang lain menunggu kebutuhan mebel
kamar anak-anak terpenuhi dulu. Saya ingin anak-anak senang dan menyukai kamar mereka
masing-masing. Alhamdulillah masih ada dana tersisa untuk membuat mebel lainnya.
Keinginan untuk mengganti meja makan telah lama ada, sebab ukurannya yang
sudah tidak memadai. Masih banyak daun jendela ukuran 50x50 cm yang tersisa,
kira2 18 buah.
Meja Menggunakan Bekas Daun Jendela Rumah Eksisting |
Lemari Kopi |
Saya meminta tukang mebel untuk memakai daun jendela tsb dipakai untuk table
top meja makan. Table top dibuat dengan pola rangkaian seperti susunan batu
bata. Setelah dirangkai, diserut untuk menghilangkan politurnya, supaya keluar
warna kayunya. Untuk tiangnya saya meminta untuk tidak menggunakan paku tapi
pasak, supaya matching dengan material daun jendela bekas tsb yang masih
menyisakan bekas lubang pasak dan lubang sambungan daun jendela. Meja makan
hanya di coating clear.
Akhirnya ....
Tanggal 8 Februari 2014 kami sekeluarga pindahan dari rumah kontrakan ke rumah kami. Bagi saya yang utama adalah sirkulasi udara harus bagus dan cahaya alami harus maksimal masuk kerumah. Hal lain adalah apakah dengan design yang terbuka akan banyak nyamuk? Bagaimana dengan tikus?
Sirkulasi udara sangat baik sesuai dengan keinginan saya. Pagi hari, saya selalu rutin bangun jam 3 subuh, saat preparasi menyeduh kopi, angin semilir masuk kedalam rumah, sejuk sekali, mungkin oleh karena sekarang masih musim hujan. Masih perlu pembuktian bagaimana kalau dimusim kemarau apakah angin akan bisa semilir masuk. Di lantai ataspun udaranya sama bahkan lebih sejuk lagi.
Cahaya alami melimpah, parktis diatas jam 6 pagi sampai sore jam 6 tidak perlu menyalakan lampu didalam rumah, sama halnya dengan kamar mandi. Tadinya saya ragu apakah dinding ruang jemur yang menyatu ke area void dapur sebaiknya dicat saja, untuk menutupi jemuran yang terlihat dari dalam rumah. Ternyata lebih baik dibiarkan clear supaya cahaya alami masuk membuat ruang dalam menjadi terang. Soal jemuran yang terlihat dari dalam rumah ... ya ... biarin aja ... hehehehe ....
Tanggal 8 Februari 2014 kami sekeluarga pindahan dari rumah kontrakan ke rumah kami. Bagi saya yang utama adalah sirkulasi udara harus bagus dan cahaya alami harus maksimal masuk kerumah. Hal lain adalah apakah dengan design yang terbuka akan banyak nyamuk? Bagaimana dengan tikus?
Sirkulasi udara sangat baik sesuai dengan keinginan saya. Pagi hari, saya selalu rutin bangun jam 3 subuh, saat preparasi menyeduh kopi, angin semilir masuk kedalam rumah, sejuk sekali, mungkin oleh karena sekarang masih musim hujan. Masih perlu pembuktian bagaimana kalau dimusim kemarau apakah angin akan bisa semilir masuk. Di lantai ataspun udaranya sama bahkan lebih sejuk lagi.
Cahaya alami melimpah, parktis diatas jam 6 pagi sampai sore jam 6 tidak perlu menyalakan lampu didalam rumah, sama halnya dengan kamar mandi. Tadinya saya ragu apakah dinding ruang jemur yang menyatu ke area void dapur sebaiknya dicat saja, untuk menutupi jemuran yang terlihat dari dalam rumah. Ternyata lebih baik dibiarkan clear supaya cahaya alami masuk membuat ruang dalam menjadi terang. Soal jemuran yang terlihat dari dalam rumah ... ya ... biarin aja ... hehehehe ....
Nyamuk? Sejauh ini tidak sebanyak dulu, inipun masih perlu pembuktian
bagaimana kalau musim kemarau, apakah nyamuk akan banyak? Untuk
"serangan" tikus yang terkenal "ganas" dirumah saya, sampai
saat ini tidak ada, mungkin karena saya sudah mulai menebar buah bintaro.
Istri saya sangat excited menata kembali rumah. Sekarang sudah punya dapur yang "layak" dengan sirkulasi orang dalam aktivitas memasak jadi lega, pekerjaan memasak jadi lebih menyenangkan. Anak2 saya betah dan mulai "menikmati" kamar tidurnya yg lebih luas, sudah punya “teritori” sendiri tidak sharing lagi. Jadi lebih semangat belajar kata mereka ... Hehehehe ....
Tempat favorit kami sekeluarga adalah roof garden dilantai atas. Apalagi dimalam hari, dengan sinar temaram, angin semilir ... Hmmmm suatu "kemawahan" tersendiri ....Setelah rumah ditempati tentunya banyak yang harus dipikirkan dimana menempatkan barang2 dari rumah lama. Pengen bikin ini, bikin itu .... Taman belum ditata .... Nabung lagi deh ... Hehehehe ....
Istri saya sangat excited menata kembali rumah. Sekarang sudah punya dapur yang "layak" dengan sirkulasi orang dalam aktivitas memasak jadi lega, pekerjaan memasak jadi lebih menyenangkan. Anak2 saya betah dan mulai "menikmati" kamar tidurnya yg lebih luas, sudah punya “teritori” sendiri tidak sharing lagi. Jadi lebih semangat belajar kata mereka ... Hehehehe ....
Tempat favorit kami sekeluarga adalah roof garden dilantai atas. Apalagi dimalam hari, dengan sinar temaram, angin semilir ... Hmmmm suatu "kemawahan" tersendiri ....Setelah rumah ditempati tentunya banyak yang harus dipikirkan dimana menempatkan barang2 dari rumah lama. Pengen bikin ini, bikin itu .... Taman belum ditata .... Nabung lagi deh ... Hehehehe ....
Saya sendiri puas dengan design rumah ini. Sejak design pertama dari mas Yu
Sing, keyakinan saya bahwa rumah harus didesign oleh arsitek semakin tebal.
Menurut saya memakai jasa arsitek untuk mendesign rumah itu adalah mutlak
perlu. Orang dengan back ground ekonomi seperti saya, walaupun banyak baca atau
referensi, tetapi tetap saja kesulitan kalau disuruh mendesign rumah. Jadi
“serahkan saja kepada ahlinya” ...
Teras Depan Saat Malam |
Tidak pernah terbayangkan bisa punya rumah yg di-design arsitek.
Dulu saya beranggapan hanya orang2 berduit saja yg bisa memakai jasa arsitek. Melihat rumah-rumah yang artistik hanyalah mimpi. Tapi kata orang mimpi nggak salah atau nggak dilarang, suatu saat insya Allah terwujud. Selalu berbinar melihat karya-karya arsitektur yang bagus, ingin sekali suatu saat punya rumah yang di design oleh arsitek, disaat yang bersamaan terbentur realita dana yang belum cukup.
Akhirnya mimpi punya rumah yang di design arsitek bisa terwujud, ternyata
benar ... selagi mimpi itu tidak dilarang, asalkan mimpi atas keinginan baik,
insya Allah dikabulkanNya .... Ammieeennn ....
Saya memberi nama rumah ini sebagai “rumah kampung”, karena berada dilingkungan
kampung orang-orang betawi dan menggunakan material yang lazimnya dipakai oleh
rumah-rumah di kampung, penuh kesederhanaan, menggunakan material-material murah, dinding
dalam tidak di cat, lantai hanya di lapis semen biasa tanpa keramik ....
Terima kasih mas Yu Sing, mas Kristo, pak Endarto dan semua tukang yang
telah membantu mewujudkan rumah impian ... Teruslah berkarya agar banyak orang-orang
seperti saya bisa terwujud mimpinya ....
Jakarta,
18 Februari 2014.
Andi
Sanaf
Komentar